Senjata Pancanaka berupa Kuku jempol
tangan yang berwarna hitam, melengkung panjang ke bawah serta sangat
tajam. Diceritakan tajamnya tujuh kali tajam pisau cukur. Pada babat
hutan Amarta, Bima menggunakan kuku Pancanaka untuk menebang
pohon- pohon besar, dan pada perang Baratayudha, Bimamenggunakan
Pancanaka untuk memotong leher Dursasana.
Tak mudah mendapatkan Pusaka ini, Bima harus bersemadhi di gua gunung
meheru selama berbulan-bulan, dan pada awalnya dewa pemilik kuku tak mau
memberikannya pada Bima. Oleh karena itu, Batara Guru memberikan 2 kuku
pancanaka buatannya, agar Bima tak mengamuk dan memporak porandakan
Bumi.
Arjuna
menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga
memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah
kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan
tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.
Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki
panjang ‘tãlamãtra’ (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi
(pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta, dll)
Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.
4. KONTA WIJAYA
Senjata Konta Jaya adalah milik
Adipati Karna. Senjata
Konta adalah pemberian dari Dewa Indra. Konta Jaya adalah senjata yang
sangat Ampuh Namun hanya dapat digunakan Satu Kali saja. Pada Mulanya
Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini
terpaksa Digunakan untuk membunuh GATOT KACA.
Dalam Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa
memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian
Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk
sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan
Korawa kembali ke perkemahan mereka. Pertempuran pun berlanjut. Semakin
malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin
berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu
Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya.
Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh
sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan.
Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting
ke tanah sampai hancur berantakan. Duryodana pemimpin Korawa merasa
ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata
pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavi shakti alias
Konta untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka
tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk
membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan
pusakanya menembus dada Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat,
Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh
prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar
ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan
prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca.
Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian
Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya
sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.
5. JAMUS KALIMASADA
Serat Jamus Kalimasada
adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh
Prabu Puntadewa (alias
Yudistira), pemimpin para Pandawa. Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul
terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja
bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang
kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali.
Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat
tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi
Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan
menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para
dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah
menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali
masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung
bernama Tunggulnaga. Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut
dan mewariskannya secara turun- temurun, sampai kepada cicitnya yang
bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para
Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut
pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam
istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada
menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita
tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun
demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh
Yudistira dan keempat adiknya.
6. JAMUS KALIMASADA
Lengkapnya
Cakra Sudarsana, atau Cakra Baskara adalah senjata andalan Batara Wisnu.
Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja
Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi
juga mempunyai bermacam kegunaanyya. Kebanyakan makhluk di dunia ini
tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata
Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.
Dalam pewayangan senjata Cakra digambarkan berbentuk roda dengan
gigi-gigi yang menyerupai mata tombak. Pada Wayang Kulit Purwa dan
Wayang Orang, senjata Cakra dirupakan sebagai mata panah (nyenyep, Bhs.
Jawa), sedangkan dalam penggambarannya di beberapa dinding candi serta
di komik-komik yang diterbitkan di Jawa Barat, Cakra dilukiskan
berbentuk semacam cakram yang tepinya bergerigi.
Dalam pewayangan gagrak Jawa Timur diceritakan, senjata Cakra Baskara
tercipta dalam lakon Wisnusraya. Suatu ketika, Prabu Mangliawan dari
Kerajaan Selagringging menyerbu kahyangan, karena pinangannya terhadap
Dewi Sri Pujayanti ditolak. Bala tentara dewa kewalahan menghadapinya.
Sang Hyang Narada menugasi Batara Wisnu untuk menghadapi Prabu
Mangliawan.
Sebelum berangkat ke medan laga Batara Wisnu menyuruh istrinya memohon restu pada batara Guru.
Namun pemuka dewa itu tidak berkenan karena ia masih sakit hati pada
Wisnu dan Dewi Sri, karena mereka kimpoi, padahal Batara Guru juga
berminat memperistri Dewi Sri. Batara Guru bahkan membuang ludah
dahaknya sehingga menodai kain yang dikenakan Dewi Sri.
Dewi Sri kemudian melaporkan segala kejadian itu pada suaminya. Oleh
Wisnu dahak Batara Guru yang menempel di kain istrinya dipuja menjadi
sebuah senjata sakti berbentuk bulat, dengan delapan runcingan di
sekeliling sisinya. Senjata itu dinamakan Cakra Baskara atau Riak
Kumala.
Menurut versi yang ini, kisah terjadinya senjata Cakra dimulai dari
niat Batara Guru untuk berolah asmara dengan Dewi Sri Widawati. Sang
Dewi menolak dan memohon perlindungan Batara Wisnu. Ketika batara Wisnu
hendak menyadarkan Batara Guru bahwa perbuatannya tidak pantas, pemuka
dewa itu malah marah, lalu melakukan tiwikrama. Keempat tangannya
menjadi besar dan panjang hendak mencengkeram Wisnu.
Karena takut sekaligus marah, Batara Wisnu melakukan tiwikrama,
berubah ujud menjadi Kalamercu. Batara Guru kewalahan dan menghentikan
serangannya, tetapi rasa kesalnya belum reda. Batara Wisnu diludahi .
Kemudian bersama Batari Sri Widawati dan Batara Basuki, Wishnu diusir
dari kahyangan. Sebelum meninggalkan kahyangan, Batara Wisnu memuja
ludah Batara Guru menjadi senjata Cakra.
Mulai saat itulah mereka menitis pada manusia yang dipilihnya.
Pertama kali senjata Cakra digunakan oleh batara Wisnu memenggal leher
Rembuculung atau Kala Rudra. Sewaktu mendapat laporan dari Batara Candra
bahwa Rembuculung mencuri air kehidupan Tirta Amerta. Batara Wisnu
segera memburunya. Dengan Senjata Cakra, dewa Pemelihara Alam itu
memenggal leher Rembuculung hingga putus. Namun, karena raksasa gandarwa
itu sempat meneguk Tirta Amerta. Sebelum sempat tertalan, kepala
Rembuculung tidak mati, sedangkan badannya menjadi lesung.
Kala Cakra dalam bahasa Sansekerta mengandung arti bulatan atau lingkaran, piringan, roda atau sejenis dengan itu.
7. PANAH NAGAPASA
Panah Nagapasa adalah panah milik Indrajit a.k.a Anak Rahwana. Panah
ini apabila dilepaskan dari busurnya maka akan mengeluarkan Ribuan Naga
yang siap mencabik-cabik raga musuh si indrajit.
8. GADA RUJAKPALA
Gada Rujapala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh
Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan
berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan
Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika
Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya
diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia
mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan
Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
9. BRAHMASTRA (Panah Nuklir)
Brahmastra, senjata dari Dewa Brahma. Merupakan senjata yang sangat
kejam dan berbahaya, beberapa ilmuwan terpercaya dimasa kini meyakini
senjata ini memiliki daya hancur yang setara dengan bom atom, bahkan
dikatakan dapat menghancurkan bumi. Senjata ini juga dapat menghalau
hampir semua senjata dewa lainnya.
Brahmastra merupakan senjata yang berbentuk anak panah, dan tidak akan
pernah meleset dari sasarannya, baik individual ataupun kelompok.
Brahmastra diperoleh dari hasil meditasi kepada Dewa Brahma, dan hanya
dapat digunakan sekali dalam seumur hidup. Brahmastra diaktifkan dengan
membacakan mantra yang diberikan kepada pengguna senjata saat memperoleh
senjata ini. Rama menggunakan senjata ini untuk membunuh Rahwana,
sedang Arjuna dan Ashwatthama hampir saja menghancurkan bumi karena
hendak mengadu sesama senjata ini
10. BRAHMASTRANADA
Brahmananda, merupakan jenis senjata yang paling mematikan didunia.
Senjata ini adalah gabungan dari tenaga spritual 7 dewa tersakti didalam
kebudayaan Hindu.
Brahmananda adalah senjata Dewa Brhama yang paling mematikan.
Tidak ada senjata lain di dunia yang bisa menyaingi kesaktian
daripada Brahmananda , bahkan Brahmastra, Pashupatastra, Brahmasira,
Amoghashakti, Vajra, Narayanastra, Vaishnavastra ataupun Sudarshana
Chakra tidak dapat menahannya.
11. KASUTPADA KACARMA
Kasutpada Kacarma adalah sepatu yang terbuat dari kulit naga Sang
Hyang Hanantakusuma, dewa penjaga Bumi yang bebentuk naga. Kulit naga
itu mempunyai kekuatan gaib yang menyebabkan pemakainya tidak mempan
sihir dan ilmu hitam. Siapa yang memakainya bebas terbang tanpa di
deteksi jebakan mantram sakti musuh. Mantram sakti itu semacam ranjau
pelumpuh yang mungkin untuk zaman sekarang serupa dengan radar musuh.
Dengan sepatunya itu Gatotkaca bebas melintas di atas daerah yang angker
dan berbahaya.
12. NENGGALA
Ilustrasi : Baladewa
Nenggala
adalah nama senjata pusaka asuhan Baladewa, ksatria
tertangguh yang mewarisi kekuatan dewa dewa seluruh angkasa. Nenggala
dikisahkan mampu melelehkan gunung, membelah lautan, dan mengakhiri
nasib matahari hanya dalam sekali tebas. Semua orang banyak tahu tentang
Nenggala, bahkan jauh lebih dikenal daripada Sang Baladewa sendiri.
Padahal, tak seorangpun pernah menyaksikan wujud Sang Pusaka Nenggala
itu. Karena begitu dahsyatnya Nenggala,maka pusaka yang satu ini tak
boleh banyak diperlihatkan. Pada suatu senja,Baladewa keluar menenteng
Nenggala dan memperlihatkannya kepada dunia. Maka sontak ribuan dewa
berkuda awan turun dan menghadang langkah Baladewa, lantas berseru: “Hai
Baladewa,jangan kau bawa bawa pusaka itu keluar padepokanmu
sembarangan. Simpan sampai nanti Perang Bratayudha pecah.”
Komentar
Posting Komentar