Gantarawang,
adalah suatu tempat yang berupa padang alang-alang dan semak-semak.
Tempat tersebut berada diwilayah desa Caringin kecamatan Tunjung Teja
Kabupaten Serang Banten. Konon di tempat ini terdapat suatu negara yang
tidak dapat dilihat oleh mata secara lahiriah. Menurut anggapan masayarakat Tunjung dan Petir negara Gantarawang itu penguasanya bernama H. Deeng. Kebenaran anggapan ini selanjutnya akan dibicarakan pada bagian kedua mithos ini.
Penduduk kecamatan Petir dan Tujung Teja sangat mengenal betapa
angkernya negeri Gantarawang ini. Mendengarnya saja sudah merinding.
Bahkan dulu, ada larangan untuk anak-anak kecil, tidak boleh mengucapkan
kata “gantarawang” dengan alasan "
pamali."
Menurut
cerita dari mulut ke mulut para kasepuhan, negeri Gantarawangitu sama
seperti di alam nyata. Bahkan banyak cerita dari para pedagang makanan
yang terjebak berdagang di tontonan wayang golek dalam hajatan di negeri
Gantrawang. Barang dagangan terjual habis, uang terkumpul banyak. Akan
tetapi begitu mau dihitung, bukan uang yang ada, tapi daun-daunan.
Karena kaget, pedagang menyebut nama Allah, dan seketika itu juga dia
baru menyadari, bahwa dia berada di semak-semak dan alang-alang. Lebih
aneh lagi, justru wayang yang dipentaskan dalam hajatan itu dipanggil
dari alam nyata. Entah siapa yang datang memanggil rombongan wayang itu.
Para nayaga wayang kebingungan mengangkut gamelan, karena berada di
semak-semak. Padahal waktu datang ke tempt itu, mereka menggunakan
kendaraan melewati jalan raya menuju ke panggung.
Banyak
lagi peristiwa aneh yang terjadi secara rutin di perkampungan sekitar
negeri Gantarawang. Peralatan dapur hilang tiba-tiba, tapi beberapa hari
kemudan sudah berada di tempat semula, tanpa diketahui siapa yang
mengantarkannya. Menurut para kasepuhan, itu terjadi karena di negara
Gantarawang sedang musim hajatan. Hewan peliharaan, terutama ayam,
mendadak sakit terkena “
lelentuk” dan mati. Menurut mithos,
sebenarnya hewan-hewan peliharaan tersebut tidak sakit, tapi diambil
oleh penduduk negara Gantarawang yang mau mengadakan kendurian.
Sedangkan bangkai hewan sendiri hanya tipuan pandangan mata saja. Dan
banyak lagi peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar logika manusia.
Penduduk di sekitar negara Gantarawang itu sudah tidak aneh lagi.
Waktu
masih usia balita, penulis sendiri sering menyaksikan peristiwa aneh.
Tetangga sebelah kiri rumah, (seorang ibu rumah tangga) menderita sakit
mendadak yang aneh dan mengkhawatirkan. Selang dua hari, pada suatu
malam sakitnya semakin parah, keluarganya banyak yang menangis. Beberapa
saat kemudian kami sekeluarga mendengar suara yang sangat keras di
rumah itu. Braaaaak! Sementara keluarga yang menunggu pasien tidak
mendengar apa-apa. Tidak lama berselang, terdengar suara kereta kuda
kencana lewat di depan rumah kami. Herannya kereta itu jalannya di atas
rumah, dan tidak bisa dilihat, hanya terdengar suaranya. Bersamaan
dengan lewatnya kereta kencana itu, suara tangis mendadak menjadi keras,
hingga menutupi ucapan “Inna lillaahi wainna ilaihi raaji,uun!”
Peristiwa itu, seminggu yang lalu telah terjadi di kampung sebelah
timur. Seorang gadis yang mau dinikahkan beberapa minggu lagi, mengalami
kematian seperti tetangga sebelah rumah kami. Salah ibu rumah tangga,
bagian dari keluarga kami telah lebih dulu mengalami kematian dengan
cara yang sama.
Pada suatu hari dikisahkan ada
seorang nenek yang mencari alamat. Setelah bertanya ke sana ke mari,
alamat tak jua ditemukan. Dia sendiri tidak tahu di mana rumahnya dan
siapa orang tuan serta keluarganya. Setelah ditanyai oleh seorang
kesepuhan, konon ceritanya nenek tersebut dulunya seorang balita yang
diculik oleh penguasa Gantarawang untuk dijadikan tenaga kasar di sana.
Akan tetapi nenek tersebut diusir oleh raja karena mengucapkan asma
Allah. Jika ada tenaga kerja yang menyebut asma Allah, negara itu
spontan mengalami bencana bagai digoncang gempa. Nenek itu mengucap asma
Allah, karena kaget melihat sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh
manusia. Diusirlah nenek itu, lalu pulang menyusuri semak-semak dan
alang-alang.
Seorang kasepuhan di kampung Ciburuy,
yang kini telah almarhum, pernah cerita kepada anaknya dengan suara
setengah berbisik. Dia berpesan agar cerita ini jangan diberitahukan
kepada siapapun. Untunglah anak kasepuhan itu sahabat baik penulis, maka
dia bersedia membuka rahasia itu. Kasepuhan itu pernah mengalami
sakaratul maut
yang sangat lama. Untunglah dia tidak jadi meninggal. Menurutnya selama
dia sakarat, dia diajak oleh seseorang ke negeri Gantarawang. Dia
diminta dengan sangat untuk dijadikan lurah di salah satu desa di negara
itu. Kasepuhan itu tidak bersedia, karena melihat banyak tetangganya
yang dijadikan tenaga kasar dan dijadikan sapi perah di sana. Yang lebih
merinding lagi banyak tetangga yang disiksa dijadikan ganjal tiang
rumah, tapi tidak mati-mati. Sungguh sangat mengerikan. Atas idzin
Allah, kasepuhan itu sadar kembali, dan sembuh dari penyakitnya setelah
melewati berbagai upaya dari keluarganya.
Beberapa
bulan yang lalu tersiar kabar di sekitar kampung Ciwatek desa Curugmanis
kecamatan Curug. Seorang remaja bisu yang telah hilang beberapa tahun
yang lalu, kini datang lagi. Pada suatu hari ketika salah seorang
tetangga mang dari Sarmala sedang belanja di pasar Petir, meihat si Sair
sedang belanja. Tetangga mang Sarmala itu menceritakan kepada
keluarganya. Pada giliran hari pasar berikutnya, orang mang Sarmala,
orang tua si Sair datang ke pasar Petir, untuk membuktikan kebenaran
informasi tetangganya. Ternyata benar si Sair ada di situ. Dibawalah si
Sair pulang ke Ciwatek. Setelah diinterogasi dengan bahasa isyarat,
ternyata selama ini dia tidak mati tapi dibawa ke negara Gantarawang,
karena dijadikan
wadal oleh salah seorang pamannya. Di sana dia diberi tugas untuk belanja dapur ke pasat Tunjung dan pasar Petir.
Karena
sang paman melakukan pelanggaran pada penguasa Gantarawang, maka pada
waktu itu pamannya diambil oleh penguasa Gantarawang. Dibebaskanlah si
Sair oleh penguasa Gantarawang. Kini si Sair telah hidup bersama
keluarganya lagi di alam nyata. Akan sesekali dia suka merenung,
memikirkan keluarganya di Gantarawang. Menurutnya di sana dia telah
punya istri. Sungguh suatu peristiwa yang sulit dikaji dengan logika.
Lebih aneh lagi si Sair membawa HP pemberian dari kerajaan Gantarawang,
untuk kepentingan komunikasi.
Demikian “Mithos
Negeri Gantarawang” ini yang dapat penulis rangkum sesuai dengan cerita
yang pernah didengar. Mohon maaf jika ada cerita yang kurang. Semoga
bermanfaat.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak lagi tentang "Mithos Negeri Gantarawang" ini, silakan baca di bagian
kedua.
Komentar
Posting Komentar