Indonesia
memiliki sejumlah pasukan khusus dalam menanggulangi teror. Pasukan
elit antiteror ini punya spesifikasi personel, kekuatan, dan operasi
masing-masing. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang).
Aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa
Timur kemarin merupakan aksi teror yang kesekian kalinya terjadi di
Indonesia. Secara khusus penanganan terorisme ditangani Detasemen Khusus
Antiteror 88 Polri.
Selain Densus 88, ada sejumlah pasukan khusus antiteror yang dimiliki aparat di luar kepolisian, dalam hal ini TNI.
Dihimpun
CNNIndonesia.com dari berbagai sumber, Senin (14/5), berikut pasukan-pasukan khusus antiteror yang dimiliki Indonesia.
1. Detasemen Khusus 88 Antiteror (Polri)
Satuan
khusus dari unsur kepolisian yang juga dikenal dengan nama Densus 88
ini ditugaskan untuk menangani segala macam ancaman teror, termasuk
teror bom dan juga penyanderaan.
Komposisi tim ini terdiri dari
ahli investigasi, ahli bahan peledak sebagai penjinak bom, dan unit
pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Densus 88 Antiteror Polri.
Densus
88 dirintis oleh Gories Mere dan diresmikan pada 26 Agustus 2004 oleh
Kapolda Metro Jaya saat itu, Jenderal Polisi Firman Gani. Angka 88 yang
disematkan berasal dari kata ATA (Anti-terorisme Act). Jika pelafalannya
menggunakan logat Inggris menjadi berbunyi Ei Ti Ekt (
eighty eight).Sejumlah
operasi yang pernah sukses dilakukan oleh Densus 88 diantaranya,
penggerebekan buronan Dr Azhari di Kota Batu Malang, Jawa Timur pada
2005. Penangkapan Yusron Mamudi alias Abu Dujana di Banyumas, Jawa
Tengah. Selain itu, Pengepungan teroris di Kampung Kepuhsari, Jebres,
Solo. Dalam operasi ini 4 teroris tewas, salah satunya adalah Noordin M
Top.
2. Detasemen Khusus 81 Kopassus (TNI AD)
Pasukan
khusus ini dikenal dengan nama Sat-81 atau dulu disebut sebagai Den-81
Gultor (Penanggulangan Teror). Pasukan ini dibentuk pada 30 Juni 1982.
Latar
berlakang dibentuknya Sat-81 berawal dari keberhasilan Komando Pasukan
Sandi Yudha (Kopassandha/kini Kopassus) melakukan pembebasan sandera
oleh teroris yang membajak pesawat Garuda DC-9 Woyla di Thailand pada 31
Maret 1981. Operasi Kopassandha tersebut di bawah komando Benny
Moerdani yang kala itu menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Strategis
(BAIS) ABRI.
Kopassus memiliki unit khusus penanggulangan teror, yakni Sat-81 Gultor.
Komandan
pertama Sat-81 adalah Luhut Binsar Panjaitan dan wakilnya adalah
Prabowo Subianto. Di masa awal pembentukan Sat-81 Luhut dan Prabowo
harus dikirim ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman untuk mempelajari
upaya penanggulangan teror.Sekembalinya ke Indonesia, keduanya
dipercaya menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang akan
ditugaskan bergabung ke Sat-81.
Ciri khas dari pasukan ini adalah
bergerak dalam unit kecil dengan durasi penyelesaian singkat dalam
menanggulangi serangan teroris. Sebagaimana visi dan misinya, "tidak
diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat".
3. Detasemen Jalamangkara (TNI AL)
Pasukan
elite yang disingkat dengan nama Denjaka ini merupakan detasemen khusus
penanggulangan teror aspek laut. Denjaka merupakan gabungan personel
dari dua pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska)
dan Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Korps Marinir.
Denjaka
dibentuk pada 13 November 1984. Kemampuan Denjaka tidak hanya untuk
bertempur tetapi juga sebagai satuan intelijen tempur handal.
Detasemen Jalamangkara.
Sebagai
unsur pelaksana, prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional
mobilitas kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi serta
medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah
pantai.Pasukan yang dijuluki hantu laut ini juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, vertikal, dan udara.
4. Satuan Bravo 90 (TNI AU)
Satuan
khusus yang juga dikenal dengan nama Satbravo-90 (sebelumnya Detasemen
Bravo 90) ini merupakan satuan pelaksana operasi khusus Korps Pasukan
Khas (Kopaskhas) yang berkedudukan di bawah Komandan Korpaskhas.
Satbravo-90 dibentuk sekitar tahun 1990 pada era kepemimpinan Marsma TNI Maman Suparman selaku Komandan Puspakhas saat itu.
Ilustrasi Satbravo-90.
Spesialisasi
Satbravo-90 adalah melumpuhkan alustsista musuh dalam mendukung operasi
dan penindakan teror serta pembajakan di udara. Satbravo-90 memiliki
moto 'Setia, Terampil, Berhasil'.
5. Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab)
Selain keempat pasukan khusus di atas, pemerintah pernah membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab).
Koopssusgab
dibentuk pada 9 Juni 2015 oleh Jenderal Moeldoko selaku Panglima TNI
kala itu. Tim ini merupakan gabungan pasukan khusus dari tiga matra TNI,
yakni Sat-81, Denjaka, dan Satbravo-90.
Satuan Komando Operasi Khusus Gabungan.
Pasukan
khusus ini berjumlah 90 personil. Mereka disiagakan di wilayah Sentul,
Bogor, Jawa Barat dengan status operasi, sehingga siap siaga setiap saat
ada perintah untuk terjun menanggulangi teror.Pasukan ini sudah
ditiadakan. Namun baru-baru ini Moeldoko yang kini menjabat sebagai
Kepala Staf Kepresidenan menyarankan Presiden Joko Widodo untuk
menghidupkan kembali Kopssusgab. Saran ini tak lepas dari peristiwa
penyerangan dan penyanderaan oleh napi teroris di Rutan Mako Brimob,
Kelapa Dua, Depok pada Selasa (8/5) sampai Kamis (10/5) lalu.
Sumber
Komentar
Posting Komentar